Kota Bengkulu
tidak dapat terpisahkan dari nilai historis perjalanan panjang nusantara dan rasa
nasionalisme bangsa Indonesia. Daratan yang berbatasan langsung dengan bibir
pantai Samudera Hindia ini dikenal dengan sebutan Bumi Rafflesia. Bumi
Rafflesia tumbuh subur membantang dalam barisan cakrawala dunia berupa dataran
tinggi bukit barisan yang mempererat pulau sumatera dari ujung Aceh hingga
Lampung.
Kota
Bengkulu Bumi Rafflesia menyimpan kekayaan budaya yang menuntun lisan-lisan
para jiwa nasionalis untuk berucap syukur atas capaian dan keberanian sosok perempuan Bengkulu. Pejuang wanita asal Bengkulu tidak lain dan tidak bukan adalah istri
dari sang Proklamator Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno, beliau
adalah Ibu Fatmawati.
Mesin Jahit di Rumah Ibu Fatmawati
Pahlawan Nasional
yang dinobatkan kepada beliau tidaklah berlebihan. Gelar itupun belum mampu
membalas semua pengorbanan serta rasa dan upaya yang beliau curahkan untuk
kemerdekaan Negera Indonesia. Adalah secarik kain yang berbentuk persegi
panjang dengan dua warna melambangkan keberanian dan kesucian yang digabungkan
menjadi satu, Merah dan Putih dijahit oleh Ibu Fatmawati.
Saat ini Ibu
Fatmawati dapat dijumpai melalui cagar budaya yang membanggakan Bengkulu maupun
Indonesia secara umumnya. Kediaman beliau di Jalan Fatmawati No.10 Penurunan
Kota Bengkulu selalu ramai dikunjungi oleh turis lokal maupun turis mancanegara.
Terletak di tengah-tengah kota dan tidak jauh dari pusat keramaian maupun pusat
pemerintahan. Rumah Fatmawati mudah sekali untuk dikunjungi.
Patung
wajah berkerudung menghiasi halaman depan rumah Fatmawati melambnagkan sosok
Fatmawati menjadi teladan bagi para wanita-waita Indonesia untuk menjaga
kesucian diri dan keluarga. Karena dalam sebuah negara yang kuat tentulah ada
sebuah harmonisasi dalam sebuah keluarga kecil yang membentuk komunitas hingga
dalam cakupan sebuah negara yang besar.
Rumah
Fatmawati merupakan sebuah cagar budaya yang harus dipertahankan dan
dilestarikan. Saat itu saya langsung bertemu dengan penjaga rumah Fatmawati.
Beliau sudah berpuluh-puluh tahun menjaga dan merawat rumah Fatmawati.
Rumah
Fatmawati ini layaknya sebuah rumah pada umumnya memiliki hal yang unik untuk
dipertahankan. Mengingat Bengkulu memiliki kekayaan budaya dengan ciri khas
Rumah Panggung dan beratap limas, Rumah Fatmawati mengadopsi tata letak dan
desain interior yang sama.
Rumah
Fatmawati juga memilki beberapa bagian diantaranya adalah teras depan dengan
dinding setinggi pinggang dewasa. Terdapat beberapa kursi sebagai tempat duduk
santai menikmati hiruk pikuk arus lalu lintas yang lengang di jalan
fatmawati. Di bagian dalam kita akan disuguhkan oleh pamandangan yang
menakjubkan dari sebuah “Mesin Jahit” tua di bagian barat rumah yang di sisi kiri
dan belakangnya terdapat foto sang Proklamator dan beberapa dokumentasi berupa
foto yang bertengger kokoh di dinding rumah kayu ini.
Untuk
mendukung aktifitas pengunjung disediakan sebuah buku pengujung sederhana dari
buku besar pada meja tamu tepat di bagian depan mesin jahit atau di sebelah
timur ruangan. Rumah Fatmawati juga dilengkapi dengan beberapa bilik atau kamar
yang dilengakapi dengan tempat tidur dan perlengkapan kamar lainnya seperti
lemari pakaian dan menariknya adalah sebuah “Mesin Jahit” lainnya menghiasi
kamar Ibu Fatmawati.
Mengisi Daftar Kunjungan Pada Buku Tamu |
Di bagian
dinding kamar juga terdapat beberapa foto yang memuat gambar-gambar Ibu
Fatmawati muda juga beberapa foto bersama dengan Presiden Pertama Republik Indonesia Ir.
Soekarno beserta anak-anak belaiu. Juga beberapa foto yang memperlihatkan
aktifitas keseharian beliau.
Ruangan lainnya
adalah ruang tengah dan dapur yang tidak terpisah antara satu dengan lainnya.
Terdapat meja makan yang tertata rapi lengkap dengan tudung nasi di atas meja. Layaknya sebuah rumah yang sehat, Rumah
Fatmawati dilengkapi dengan kamar mandi yang terletak di bagian paling belakang
di dalam rumah.
Rumah Fatmawati di Jalan Fatmawati No.10 |
Rumah
Fatmawati memiliki halaman belakang yang masih dapat dimanfaatkan untuk menanam
pohon untuk penghijauan. Ada beberapa pohon mangga di bagian barat halaman
samping rumah dan ada sebuah taman kecil yang terletak di bagian timur halaman
rumah. Sehingga Rumah Fatmawati terlihat asri dan sejuk dipandang mata.
Rumah
Fatmawati adalah satu diantara sekian banyak cagar budaya yang patut untuk kita
lestarikan sebagai kekayaan Cagar Budaya Indonesia. Di Kota Bengkulu khususnya
ada Rumah Soekarno yang terletak tidak jauh dari Rumah Fatmawati. Masjid Jamik sebagai peninggalan Soekarno ketika
diasingkan. Benteng Marlborough, Makam Inggris dan lain sebagainya. Kesemuanya
merupakan kekayaan Cagar Budaya Indonesia yang berdiri kokoh dan strategis di
tanah air Indonesia untuk menjadi perhatian kita bersama.
Mari kita
saling menjaga kekayaan Cagar Budaya Indonesia dengan berkompetisi di “Blog Cagar Budaya Indonesia: Rawat atau Musnah”.
Rumah Fatmawati udah ditetapkan sebagai cagar budaya, ya? Soalnya gak lihat tanda/ palangnya.
ReplyDeletePertanyaan Kak Relinda bagus sekali untuk tulisan kami ini, terima kasih sebelumnya
DeleteMenurut Undang-Undang
ReplyDeletePengertian Cagar Budaya dalam UURI No. 11 Tahun 2010 :
“Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.”
Sesuai dengan teman tulisan ini "Rawat atau Musnah" maka Rumah Fatmawati layak menjadi priorotas ditetapkannya sebagai cagar budaya. Tim Ahli di bidang ini dan pemerintahan kota Bengkulu tentunya sangat berperan dalam prosesnya karena Nilai sejarah Rumah Fatmawati menurut saya sudah bersifat kebendaan masuk dalam katergori Bangunan Cagar Budaya, berada di daratan dan memiliki nilai penting.
Tugas kitalah yang menjaga dan melestarikannya, satu cara yang sangat tepat adalah Menetapkan agar dapat dirawat dan tidak musnah. Mengingat Kota Bengkulu adalah salah satu kota yang memuat benda-benda yang memiliki sejarah awalnya negeri ini terbentuk.