Friday, 2 August 2019

Cerita Horor "Balung Tergantung di Pohon Karet"



Berbicara pengalaman horor tak terlepas dari hal-hal yang menakutkan. 

Nah kali ini dalam rangka memenuhi kebutuhan menulis di komunitas Blogger Bengkulu saya sedikit bercerita sebuah kisah klasik hee

Tahun 1992 mungkin kamu belum pada lahir ya. Saat itu saya sudah mula sekolah formal di bawah naungan Muhammadiyah. Iya karena Bapakku seorang guru. Alfatihah untuk almarhum Bapak. Beliau menyekolahkan ku di sebuah Taman Kanak-kanak Aisyiyah 1 Masmabang, Kecamatan Talo Kabupaten Seluma, waktu itu masih Kabupaten Bengkulu Selatan. Sekitar 10 KM dari rumah kami di Pagar Gasing. Kami waktu itu baru pindah lho dari Durian Bubur hee.

Sehari-hari saya biasanya pergi bersama-sama dengan Bapak. Karena Bapak mengajar di MIN Bunut Tinggi. Di sekolah saya asyik bermain dengan teman-teman. Sekarang letingan saya sudah berada dimana-mana kali ya. Sudah pada berkeluarga juga, apa masih ada yang jomblo hee. Paling Iqbal yang masih jomblo semoga cepat berjodoh dianya. Aamiin Iqbal bukan orang lain juga bagi saya kami masih sanak saudara. Bapaknya dia dikenal dengan panggilan Pak Amin, beliau Pak Wo saya.

Bila tiba jam pulang sekolah, saya biasanya menunggu di sekolah atau mampir di rumah Mak Wo saya. Mak Wo kakak dari Bapak saya kebetulan rumahnya berdekatan dengan TK tempat saya sekolah.
Dimana cerita horornya? 

Tenang, sebentar lagi ya. 

Tiba saat pulang sekolah kali ini, entah kenapa saya kok lama dijemput tapi saya juga malas ke rumah Mak Wo, soalnya memang ke rumah beliau harus menyeberang jalan dan mendaki sekitar 200 meter lagi. Kenapa tidak ditelepon saja Mak Wonya biar dijemput di TK hee. Hello jaman Old tidak ada telepon umum di desaku apalagi Handphone haha.

Nah aku putuskan untuk pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Lumayan daripada lumanyun hee. Saya berani pulang sendiri walaupun masih kecil. Kata Emak, hantu itu tidak ada tapi rasa takut itu memang timbul diri kita yang duluan takut. haa haa haa anak TK lho bicara. Jujur.

Tapi pada waktu mulai memasuki sawangan panjang Desa Masmabang yang banyak hamparan sawah itu saya mulai merinding. Rasa takut mulai timbul dan semua hal negatif yang pernah saya dengar seakan nampak. Misalnya adalah adanya penculikan, waktu itu marak sekali penculikan anak kecil dan rumornya berkembang seantero raya. Tapi saya tetap harus pulang melewati jalan ini. Tidak mungkin kembali lagi ke sekolah, sekolah sudah terlalu jauh ditinggalkan. Perjalanan ini sudah setengah perjalanan menuju rumah.

Langkah kecil saya masih berayun sedikit demi sedikit rasa takut itu menghilang. Karena nyata sekali tidak ada apa-apa. Cuma hening dengan semak belukar di sebelah kiri jalan dan hutan lebat. Di sebelah kanan ada semak dan jika menyeruak ke sana ada hamparan sawah nan menghijau. Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan.

Tapi, cerita horor ini sedikit agak lucu jika dibayangkan saat ini. Kalian tidak akan percaya apa yang menjadikan ini horor pada waktu itu.

Tiba-tiba muncul dua orang pemuda tanggung anak-anak SMA kalau tidak salah. Kali mereka bolos sekolah ya. Apa mereka juga pulang cepat waktu itu entahlah. Mereka kompak sedari jauh tadi cekikikan dan bilang "Di bawah pohon karet itu ada balung tergantung". Meaning is Balung? Balung is Pahe, iya Paha manusia maksudnya. 

Mereka terus tertawa girang sambil meneriaki terus menerus ke saya. Saya masih TK ya waktu, anak TK teman-teman. Lalu apa saya takut? Iya saya mulai lagi takut, tapi kata emak semua ketakutan itu berasal dari diri sendiri dan hantu itu tidak ada. Ingat pesan Emak sayapun kembali semangat untuk terus berjalan.

Tepat di sebuah belokan saya sudah melihat dari jauh batang pohon Beringin  Karety subhanallah Allahu Akbar memang besar sekali dengan akarnya yang menjuntai ke jalanan benar-benar menakutkan. Ketika rasa takut mulai melanda kaki kecilku sedikit berlari dan memandang ke atas pohon beringin karet besar di sebelah kiri jalan itu. Pingin memastikan apa benar ada "Balung Tergantung" atau tidak.

Alhasil, tidak ada satupun yang saya takutkan seperti yang disampaikan oleh dua anak SMA tadi. Ternyata mereka benar hanya menakut-nakuti saya saja. 
Foto by. Google


Cerita horor atau cerita lucu ini sedikit agak sulit disampaikan pada awalnya namun karena sebuah tantangan saya berhasil menuliskannya. Alhamdulillah bsemoga menjadi pelajaran.

Sampai di rumah, Emak saya sangat cemas ketika tahu kalau saya pulang dengan jalan kaki. Saat saya cerita berapi-api bahwa saya berani jalan sendiri dan melewati sawangan panjang Desa Masmabang dan juga ada yang menyamaikan ada "Balung Tergantung" di pohon karet, Emak saya tertawa ringan. Emak cuma menjawab singkat, kalau itu "Balung Ef tula" sambil tertawa lagi. Saya bingung dan bertanya-tanya. "Maksudnya apa Emak?" saya penasaran. "Awu, itu balung Ef pas lalu disitu" sambil tertawa lagi.

terjemahan: 
Balung Ef tula: Paha Ef itu
Awu itu balung Ef pas lalu disitu: Iya, itu paha Ef waktu lewat di jalan itu

oo lala saya manjadi paham, ya iyalah setiap yang jalan kaki di sana, pasti kakinya diangkat pada saat itulah ia tergantung.

Tulisan ini dipublikasikan dan dibuat dalam rangka #BobeOneWeekNulis  Blogger Bengkulu dengan tema Cerita Horor.

Baca juga: Belajar Ngeblog Asyik

Asli horor tapi juga humor, Emak Sih hee



No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya semoga menginspirasi jangan lupa tulis komentarmu di kolom komentar dan dapatkan informasi terbaru di setiap postingan. Jangan lupa follow akun Instagram @efrideplin dan Twitter @efrideplin87 juga YouTube Efri Deplin. Terima kasih semoga menginspirasi.

| Designed by Colorlib