Bismillahi..
11 Ramadhan 1438 H
Ahlul Jannah Aamiin
#RamadhanBerkah
Keluarga Ahmad sabtu itu berpamitan dengan tetangganya di kompleks bahwa mereka akan ke kota dingin Curup. Tidak lama, insya Allah besok siang akan kembali ke kota. Matic yang sudah siap bergerilia sudah menunggu sedari tadi. Perjalanan darat ini akan sangat menyengkan.
Perjalananpun dimulai.
Dalam perjalanan banyak sekali rintangan, mulai dari terik mentari sore yang sangat panas hingga adegan pecah ban, sampai-sampai diterpa hujan yang sangat deras ketika mampir di Kepahiyang. Tak surut, niat dan tekad sudah bulat. Menemhus hujan membawa amanah tuhan.
Singkat Cerita, semuanya tuntas. Dan di siang hari sekitar pukul 11.30, handpone Ahmad berdering. Handpohe yang dipegng saat ini berdering, ada sahutan kecemasan diujung suara.
*****
Di hari ketujuh Ramadhan tahun itu aku dan keluarga pergi ke Bandung. Sengaja aku mengambil waktu diawal Ramadhan agar tidak terjebak arus mudik tahunan. Entah mengapa tahun itu benar-benar ingin kesana. Aku dan keluargaku bersilaturahim dengan saudaraku di Bandung. Sebelum sampai di rumahnya, kami dijemput di bandara menggunakan mobil mewahnya. Anak dan istriku terlihat sangat ingin cepat sampai di rumah sauaraku ini, iya termasuk aku.
Maklum kami sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Dalam perjalanan semua meluapkan rasa kebahagiaan. Antara satu sama lain bersahutan saling bertukar cerita. Terkadang tertawa lepas menghiasi perjalan kami sekeluarga besar. Dua keluarga besar ini benar-benar menyatu dalam keakraban. Sampai-sampai anak-anakku yang masih kecil tidak menampakan capek sedikitpun.
"Mana anak-anak dan istrimu? mengapa mereka tidak ikut menjemput?" Seketika semua sepi, tak ada gelak tawa. Mata ini saling berpandangan penuh tanya. Aku berkali-kali minta maaf. "Maafkan aku atas ketidaktahuan ini".
*****
Bagaimana mungkin aku bertanya, "Siapa dia?" "Dia yang mana?". Sungguh ini sebuah hal besar sari satu kesalahan kecil. Bagaimana kemauan kuat ini ingin terwujud. "Siapa dia?" "Dia yang mana?" aku benar-benar tidaklah tahu. Tidak mungkin aku merasa sok tahu dengan situasi ketidaktahuan.
"Siapa dia?" "Dia yang mana?". Akhirnya akupun tahu.
Mulailah tulang ini serasa remuk redam, ketika aku tahu, "Siapa dia?" dan "Dia yang mana?". Iya dia adalah saudaraku, dia yang selama ini selalu di sekelilingku.
*****
*****
*****
Saudara kita adalah juga saudara kita yang lain.
Menyapa, walaupun hanya sekedar "Apa kabar".
Kenali dan Fahami saudaramu.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya semoga menginspirasi jangan lupa tulis komentarmu di kolom komentar dan dapatkan informasi terbaru di setiap postingan. Jangan lupa follow akun Instagram @efrideplin dan Twitter @efrideplin87 juga YouTube Efri Deplin. Terima kasih semoga menginspirasi.