Saturday, 20 August 2016

Abdullah dan Tsamara Agustus 2016

Kamis Jumat dan Sabtu

Bismillahi..
Hari yang melelahkan semoga Allah menggantikan dengan kebahagiaan yang kekal di JannahNya aamiin. Sore ini kamis kami sepakat akan membawa ananda ke praktek, biasa sudah terdaftar di urutan 7 dan 8 dokter anak sebuah rumah sakit islami di Bengkulu kota. Sebelumnya kami akan ke laboratorium swasta high quality untuk memastikan kadar hemoglobin di dalam darah anak-anak. Mulailah perjalanan spiritual ini berlangsung. Setelah pulang kerja pukul 16.15 saya dan istri langsung menyiapkan diri dan menyiapkan emosional anak-anak sebaik mungkin. Mengajak mereka senantiasa tersenyum dan bersemangat. Setelah semua siap barulah kita start menuju lab. Sampai di lab sesuatu terjadi diluar dugaan. Ananda Abdullah tidak mau turun dari roda dua. Sementara ummi anak-anak dan tsamara sudah berada di dalam ruangan. Terpaksa dengan jurus andalan mengajak ananda dengan iming-iming hadiah apalah gitu, alhamdulillah akhirnya berhasil.

Ananda sudah di dalam, satu persatu lengan mereka sudah ditusuk jarum untuk diperiksa Hb dan untuk diambil ampel darah ditampung tabung ungu. Tabung ungu super duper untuk kelengkapan chek crosmathing di bank darah nanti. Darah sudah diambil, terianakan menyayat hati dan memilukan telinga sudah tidak terdengar. Ananda juga sudah lebih tegar, saya dapat memedakan antara proses dua tahun lalu dengan hari ini. Jauh sekali progres mereka untuk bisa menerima takdir dari Allah SWT ini. Terutama dari ananda Tsamara yang tanpa cengeng karena tusukan jarum suntik, beda halnya dengan M. Abdullah yang masih menunjukkan keenganan. Allahu Rabbi.. Bimbinglah kami mengajari anak-anak kami agar taat kepadaMu. Aamiin

Pukul 17.45 hasil lab keluar, hal yang ditunggu dan dinanti. "Berapa mba, HbNya?". tanya saya, "Oh.. Tsamara 5.3 dan M. Abdullah 8.9".

Awan hitam bagai kabut tebal di ufuk barat. Tanpa mentari bak malam menaungi jalan-jalan di Tanah Patah. Kami melaju ke RS. Ummi, Dokter sudah menunggu, sebelum giliran tiba ananda refres di ayunan dan pelosotan kecil ujung ruangan. Kami sudah terbiasa dengan yangan tunggu, setidaknya sudah dua kali perubahan format ruang tunggu di poli anak Ummi.

Dokter dan Ummi anak-anak sudah duluan ngobrol, saya dan anak-anak menyusul karena bermain ayunan di ruang yang lain. Balon khas Kemerdekaan mencuri perhatian Tsamara, bekali-kali dia minta tapi tidak  saya tanggapi. Kita kesini mau chek kesehatan nak, dirimu sempat juga lirik merah putih.

Kebituhan Hb sudah ditentukan, rujukan ke rumah sakit daerah telah kami terima. Tiba-tiba hujan tutun sangat deras. Mantel lupa dibawa, naik angkot tidak mungkin. Akhirnya saya putuskan menempuh hujan munuju poli anak rumah sakit daerah terbesar di Bkl itu untuk mengamebil surat pengantar ke bank darah sekalian membawa sampel darah anak-anak untuk dicrosmath. Tiba disana hujan tetap mengguyur jalananan panjang. Pakaian saya semua basah, tak urung mulai dari sepatu hingga kepala semua basah. Tiba di depan pintu ruang anak saya panggil anak mahasiswa keperawatan yang sedang praktek. "Dik, bisa dibantu sebentar". "Dia belum paham, nampaknya". Batinku berkata. "Perawatnya sedang shalat". Oke. "Oh ada dokter koas dari Universiteas Negeri". "Maaf Pak ini rujukannya ke IGD, tidak bisa kami memberikan surat pengantarnya, Bapak silakan ke IGD". Kata Doker Koas tersebut. "Biasanya saya juga kesini dok, lagian kalau kesana nanti ujung-ujungnya juga kesini, setiap saya bawa anak-anak biasanya saya dilayani disini". Di sini memang harus begini nampaknya, kita harus tampil prima dan meyakinkan. Mungkin kata-kata dokter tersebut bagian dari kode etik bekerja, tapi coba dibayangkan kondisi saya yang basah kuyup dari atas hingga ujung kaki, kaus kaki saya tidak dilepas masih basah dilantai dan diberi pengertian seperti ini, saya pikir saya juga punya hak untuk dilayani. Akhirnya diujung debat yang hampir tak berujung tibalah satu perawat yang dinantikan semua yang ada di sana. Mahasiswa yang masih lugu itu melihat saja. "Yuk ini ada Bapak yang mau minta surat pengantar ke bank darah". kata Dokter tadi. "Oh.. Langsung dikasih aja". Balas perawat tadi. "Nah kan bener gua". bisikku dalam hati. "Ditulis aja rapi biasanya emang gitu kok tiap bulannya". Legah rasanya, Alhamdulillah lancar.

Menuju Bank Darah
Saya sudah disambut oleh petugas yang saya hafal wajahnya saja, "Iya Pak, Darah O dan B ya?". "Coba langsung ke PMI tadi ada yang baru donor sukarella". Akhirnya langsung saya ke PMI dan benar darah semuanya didapat dan tercukupi. 2 kantong darah B dan 1 kantong darah O.

Hatiku lega semua berjalan lancar, dibalik hujan yang deras ini Allah mudahkan urusan ini. Alhamdulillah ya Rabb.. anak-anakku dan umminya masih menunggu di kantin rumah sakit islami ummi. Hari sudah menunjukkan pukul 19.20 saya jemput mereka yang telah lama menunggu kehadirannku.

Kami pulang di bawa rintik mutiara malam dan dibalut cinta dengan nafas wa syukurillah atas nikmat di dada.

Di Kompleks Sakinah sesaat sebelum tiba di depan masjid Baabul Jannah motor kami slip di jalan tanah kuning, spontan ustad Muslim dan jamaah yang masih ada di masjid berhamburan menuju TKP. Kaminya tidak apa-apa. Lanjut menuju rumah. Sampai di rumah artinya sudah tiba isya, semua istirahat dan besryukur kehabiaan Tuhan yang maha kuasa menantikan kepastian besok tiba dengan segala rencana dan ketetapNya. Mari kita tutup mata du kamis bahagia. Tak tahu kita apakah skenario esok lebih bahagia, yang jelas dipandang mata bahwa hari ini sangat bahagia. Alhamdulillah..

2 comments:

  1. Antun n keluarga adalah orang2 pilihan, Ustadz... Pilihan Allah tidak akan pernah salah...

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya semoga menginspirasi jangan lupa tulis komentarmu di kolom komentar dan dapatkan informasi terbaru di setiap postingan. Jangan lupa follow akun Instagram @efrideplin dan Twitter @efrideplin87 juga YouTube Efri Deplin. Terima kasih semoga menginspirasi.

| Designed by Colorlib